Salah satu penyelenggara acara,
Wati, mengaku karena anggaran APBD yang disalurkan melalui kelurahan belum
disalurkan, maka jumlah makanan tambahan untuk balita di posyandu harus
dikurangi. Biaya tersebut diambil dari RW setempat untuk membayar biaya
pemberian makanan tambahan kepada anak di bawah usia lima tahun, seperti kacang
hijau, buah, susu, dan biskuit.
“Warga hampir tidak pernah mau
memeriksa atau menimbang anaknya yang masih kecil jika tidak ada makanan
tambahan. Kami kesulitan saat ini karena APBD kosong” Dan Wati.
Jumlah makanan tambahan yang
diberikan pada balita lebih sedikit. Biasanya petugas posyandu memberi makan
sekitar 70 balita, namun saat ini hanya 30 hingga 40 balita yang mendapat
makanan tambahan. Menu makanan dibuat dengan sumber daya yang tersedia.
“Kami mengantisipasi agar APBD cepat
diterima, membangkitkan kembali semangat warga sekitar untuk berwisata ke
posyandu. Tentu saja, kalangan menengah ke bawah merupakan tempat mayoritas
peserta posyandu berasal” ujar Wati.
“Warga hampir tidak pernah mau memeriksa
atau menimbang anaknya yang masih kecil jika tidak ada makanan tambahan. Kami
kesulitan saat ini karena APBD kosong”
Jumlah makanan tambahan yang
diberikan pada balita lebih sedikit. Biasanya petugas posyandu memberi makan
sekitar 70 balita, namun saat ini hanya 30 hingga 40 balita yang mendapat
makanan tambahan. Menu makanan dibuat dengan sumber daya yang tersedia.
“Kami mengantisipasi agar APBD cepat
diterima, membangkitkan kembali semangat warga sekitar untuk berwisata ke
posyandu. Tentu saja, kalangan menengah ke bawah merupakan tempat mayoritas
peserta posyandu berasal” ujar Wati.
Menurut Saiful Arif, warga, pengurus RW, dan donatur
semuanya akan berkontribusi untuk keberlangsungan kegiatan. Kasudin Kesehatan
Jakarta Selatan Sari Dita mengakui, dana untuk program posyandu diambil dari
inisiatif penjangkauan APBD. Dana ini terutama digunakan untuk menyediakan
makanan bergizi bagi balita dan lansia. Kelurahan mengalokasikan dana untuk
operasional dan pertumbuhan bisnis. Sudin Kesehatan menerima Rp. 40 juta per
tahun untuk pemantauan, evaluasi, dan pengembangan keterampilan staf. Di
Jakarta Selatan, terdapat 824 posyandu.
“Aktivitas tidak boleh diganggu
karena ini program yang dijalankan masyarakat untuk masyarakat. Kalau tidak ada
dana APBD, bisa menggunakan dana swadaya,” lanjut Sari.
Reporter : Putri Ayu Anissa
Redaktur : Myra Putri Nur Aini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar