|
(Asosiasi Keluarga Korban
Bencana Itaewon dan Komite Penanggulangan Warga Bencana Itaewon mengadakan
konferensi pers di depan Kantor Pusat Investigasi Khusus Kecelakaan Itaewon di
Gedung Investigasi Mapo Badan Kepolisian Metropolitan Seoul. Dok: OhMyNews
Korea)
ITAEWON ㅡ Telah
diadakan audiensi 'Dengar Pendapat Publik ke-2 tentang Investigasi Urusan
Negara atas Bencana Itaewon' pada (12/01/2023) di Majelis Nasional Yeouido,
Korea Selatan. Audiensi dilakukan untuk membicarakan kembali permasalahan yang
ada antara keluarga korban bencana Itaewon, pemerintah, dan Pihak Kepolisian.
Bencana Itaewon yang telah berlangsung saat Malam Perayaan Halloween di Itaewon, Korea
Selatan, pada Sabtu (29/10/2022) malam memakan korban sebanyak 159 orang. Dilansir
dalam pemberitaan OhMyNews Korea, tiga hari sebelum bencana Itaewon, sebuah
laporan dibuat oleh Sersan A, seorang petugas intelijen yang mengkhawatirkan
bahaya bagi massa, di Divisi Informasi Kantor Polisi Yongsan di Seoul. Sersan A
telah bekerja sebagai petugas intelijen di 'Festival Desa Global Itaewon 2022'
yang diadakan dua minggu sebelum bencana Itaewon. Ia menulis laporan tentang
'Analisis Risiko Keamanan Publik Festival Halloween Itaewon', yang merupakan
laporan yang menyatakan bahwa kerumunan besar bisa berbahaya di sekitaran
tempat Halloween dan diperlukan tanggapan polisi segera. Namun laporan itu
diabaikan. Menurut
Kantor Kejaksaan Distrik Barat Seoul, yang dirilis oleh kantor anggota parlemen
Partai Demokrat Korea Kim Nam-guk, Kim Jin-ho mantan petugas intelijen di
Kantor Polisi Yongsan yang dilaporkan oleh Sersan A, mengabaikan laporan
tersebut dengan mengatakan, "Kita harus menanggapi rapat umum dengan
sekuat tenaga. Apa yang harus dilakukan ketika petugas intelijen pergi ke
festival?" Lee
Im-jae, Mantan Kepala Kantor Polisi Yongsan yang hadir sebagai saksi di Komite
Administrasi Umum dan Keamanan Majelis Nasional menyangkalnya dan mengatakan
bahwa, "Kami
meminta Kepolisian Metropolitan Seoul untuk memobilisasi penjaga keamanan,
tetapi kebaktian diadakan pada hari yang sama. Saya
mendengar bahwa ini sulit untuk diterapkan karena ada banyak protes.” Namun,
Komisaris Badan Kepolisian Metropolitan Seoul, Kim Gwang-ho membantah bahwa
tidak ada permintaan resmi dan menyangkal tanggung jawab Badan Kepolisian
Metropolitan Seoul. Saat ini, Polsek Yongsan sedang membuka data terkait
seperti permintaan pengerahan polisi anti huru-hara dan tenaga melalui jaringan
komputer internal, dengan alasan sedang diperiksa dan diselidiki.
Keluarga
Korban Bencana Hanya Menginginkan Kebenaran, Bukan Uang Kompensasi |
|
(Cho Gyeong-seon, anggota
keluarga korban bencana Itaewon, menangis saat bersaksi pada audiensi publik
kedua tentang investigasi urusan negara atas bencana Itaewon yang diadakan di
Majelis Nasional di Yeouido, Seoul, pada tanggal 12. Dok: OhMyNews Korea) |
Pemerintah
Korea Selatan memberikan bantuan berupa uang kompensasi lewat media. Akan
tetapi, keluarga yang berduka tidak menginginkan kompensasi atas kerusakan
tersebut. Salah satu kelurga dari korban bencana Itaewon, Cho Gyeong-seon
mengatakan,
“Saya
tidak mengerti sikap pemerintah ketika melaporkan bahwa mereka segera membayar
kompensasi kepada media, sementara itu meninggalkan pencarian kebenaran,
permintaan maaf, dan tanggung jawab yang tepat. Untuk memecahkan masalah
sosial, untuk memperbaiki kesejahteraan warga dan tatanan sosial, politisi yang
berteriak bahwa mereka akan berdiri di sana, bahwa mereka percaya diri, dan
bahwa mereka akan memilih satu suara, saya tidak tahu mengapa mereka. memimpin
dan melakukan kerusakan sekunder ini alih-alih menyelesaikan situasi.”
Menurutnya,
ketika bencana atau kecelakaan besar terjadi, identitas orang hilang atau orang
yang meninggal segera diketahui dan diberitahukan kepada keluarga yang
ditinggalkan. Namun dalam kasus bencana Itaewon ini, tidak ada tindakan
yang diambil, sehingga keluarga yang berduka hanya bisa mencari sendiri korban
untuk memastikannya.
“Polisi
Korea ada untuk melindungi rakyat, bukan untuk membelakangi mereka. Dalam
waktu singkat saya mengejar, saya benar-benar muak dan lelah dengan penanganan
administratif, investigasi yang buruk, dan pengabaian investigasi oleh polisi
Korea. Saya masih tidak tahu keberadaan kakak saya, dan tidak ada yang
menyelidiki kakak saya sampai hari ini. Saya benar-benar muak dengan polisi
Korea.” tutur Cho Gyeong-seon, anggota keluarga korban bencana Itaewon.
Saat
ini investigasi yang tulus diperlukan untuk menyelesaikan keraguan keluarga
yang berduka. Salah satu anggota keluarga korban bencana Itaewon, Lee
Jung-min, mengatakan bahwa hanya membutuhkan Badan Investigasi Independen yang
tidak memandang pemerintah atau atasan.
“Sebuah
badan investigasi di mana keluarga yang berduka dapat berpartisipasi dan
mengungkapkan pendapat mereka sangat penting. Agar keluarga kita yang berduka
dapat kembali ke kehidupan sehari-hari sebagai warga negara, dan agar keluarga
yang berduka mengingat dan memperingati para korban tanpa dendam, perlu untuk
menyelidiki kebenaran melalui penyelidikan independen. Baru setelah itu
keluarga yang ditinggalkan dapat menjadi anggota keluarga yang terhormat bagi
para korban,” kata Lee Jung-min, wakil perwakilan dari Asosiasi Keluarga Korban
Bencana Itaewon, di Majelis Nasional di Yeouido, Seoul, pada tanggal 12.
Reporter:
Dea Shafa Gianina
Redaktur:
Natasha Sheba Fatihah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar