JAKARTA
- Amerika Serikat (AS) dan Rusia dilaporkan
telah memperbesar anggaran belanjanya pada 2023 untuk keperluan militer. Hal
ini terjadi saat hubungan keduanya mencapai titik terburuk akibat perang Moskow
di Ukraina.
Pada Desember lalu, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) AS menyetujui paket anggaran negara senilai US$ 1,66
triliun dollar atau setara Rp 25.900 triliun. Dari jumlah itu, sekitar US$
857,9 miliar atau sekitar Rp 13.000 triliun akan digunakan untuk 'kepentingan
pertahanan nasional'.
Menurut Sekretaris Dewan
Keamanan Rusia Nikolay Patrushev, jumlah ini membuktikan rencana Washington
untuk melancarkan perang baru di tahun 2023. Diketahui, AS sangat aktif
membantu Ukraina dalam melawan Moskow dalam bentuk komitmen bantuan militer
yang sejauh ini telah menyentuh 22,86 miliar euro (Rp 383 triliun).
"Rancangan anggaran AS
untuk tahun 2023 adalah bukti terbaik dari rencana Washington untuk melancarkan
perang baru dengan mengorbankan kesejahteraan warganya sendiri. Setengah dari
US$ 1,7 triliun yang direncanakan dalam pengeluaran pertahanan federal akan
dihabiskan, yaitu lebih dari US$ 850 miliar," ujar Patrushev dalam
wawancara dengan aif.ru yang dikutip TASS,
Selasa (10/1/2023).
Ia juga menyoroti fakta bahwa
pengeluaran militer AS dan sekutunya yang meningkat terjadi juga berbarengan
dengan beban utang yang meningkat.
"AS sendiri dan
antek-anteknya meluncur ke dalam lubang utang yang tidak dapat ditarik kembali.
Amerika memiliki utang nasional lebih dari 31 triliun dolar. Negara-negara yang
menganggap diri mereka penguasa dunia tidak akan membayar kembali hutang
ini," tambahnya.
Di sisi lain, untuk Rusia,
dalam proyeksinya hingga 2025 mendatang, negara pimpinan Presiden Vladimir
Putin itu telah mengetuk pengeluaran belanja tahun 2023 senilai 29 triliun rubel
atau setara Rp 6.500 triliun. Dari jumlah itu, sekitar sepertiga dari
pengeluaran dialokasikan untuk keamanan dalam negeri dan pertahanan nasional.
"Menurut informasi yang
tersedia mengenai anggaran 2023, prioritas pemerintah adalah melanjutkan
perang, terbukti dengan peningkatan pengeluaran untuk pertahanan nasional
(sebagian dari biaya konflik mungkin juga disembunyikan dalam kelompok
pengeluaran lain, seperti sebagai pengeluaran untuk perawatan kesehatan,
kebijakan sosial atau digitalisasi)," tulis lembaga riset yang berbasis di
Polandia, OSW.
Pada saat yang sama, Kremlin
juga menambah dana yang dialokasikan untuk aparat. Dalam laporannya, OSW
menyebut jumlah pegawai Kementerian Dalam Negeri Rusia, termasuk polisi,
diperkirakan naik menjadi 922.000.
"Ini menunjukkan bahwa
Kremlin tidak sepenuhnya mempercayai jajak pendapat publik yang melaporkan
sikap apatis dan keengganan mereka untuk memprotes."
Tidak dirinci secara pasti berapa banyak anggaran yang akan mengalir dalam perang di Ukraina. Namun pada November lalu, Forbes mencatat Kremlin telah merogoh kocek hingga US$ 82 miliar (Rp 1.275 triliun) dalam perang yang dimulai akhir Februari tahun lalu itu.
Reporter
: Thoriq Alkausar
Redaktur
: Alvin Renaldi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar