JAKARTA – Pembelajaran jarak jauh atau daring telah menjadi kebijakan Universitas Nasional (UNAS) dan sebagian besar kampus di Indonesia sejak awal tahun 2020 sebagai respons terhadap penyebaran virus Covid-19. Mahasiswa Angkatan 2020 dan 2021 telah mengikuti kuliah daring sejak awal memasuki dunia perkuliahan hingga akhir tahun 2022. Pada awal tahun 2022, pemerintah mengizinkan dilaksanakannya kegiatan perkuliahan, namun dengan menerapkan sistem hybrid.
Sistem
kuliah hybrid merupakan sebuah metode perkuliahan yang menggabungkan kegiatan
kuliah secara online dengan perkuliahan tatap muka. UNAS menerapkan sistem ini
hingga saat ini yakni tahun 2023 dengan sistem seminggu online dan seminggu
offline. Hal ini memunculkan respon yang berbeda-beda dari setiap mahasiswa
UNAS.
“Enakan
online soalnya dirumah aja ngga perlu repot-repot ke kampus, bisa ngezoom bisa
sambilan kalo kelas,” ujar Caca, salah satu mahasiswa UNAS, Jumat (29/12/2023).
Meski
tidak bertatap muka langsung secara terus-menerus, kuliah hybrid pun tidak
mengubah fungsi maupun manfaat dari perkuliahan itu sendiri. Sebaliknya,
tampaknya kuliah hybrid justru memberikan keuntungan bagi mahasiwa maupun dosen
yang mengajar. Saat ini teknologi sudah dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
“Tapi
kadang dosen banyak yang cuma ngasih materi doang tanpa jelasin, kayak jadi
cuma-cuma aja kuliahnya, tapi selebihnya enak banget sih lebih efektif juga,” ungkap Caca.
Pembelajaran
jarak jauh sangat bergantung dengan internet dan perangkat digital. Tidak semua
mahasiswa memasang WiFi ditempat tinggal mereka. Jadi, balik lagi dengan
kondisi setiap mahasiswa sistem hybrid ini apakah efektif atau tidaknya
tergantung dengan mahasiwa yang menjalaninya. (hfl)
Reporter : Hafilah Ghaisani (203516516412)
Redaktur : Friska Sabrina (203516516372)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar