Blog ini dibuat sebagai wadah kreatifitas mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Nasional dalam praktik mata kuliah Cyber Journalism.
Berita Terkini
Makanan Halal Semakin Berkembang di Singapura
Singapura, 8 Januari 2024 - Industri makanan halal di Singapura terus mengalami perkembangan pesat, memberikan pilihan yang lebih luas bagi ...
Sabtu, 11 Juli 2020
Wali kota seoul meninggal dengan tuduhan pelecehan seksual
Pemerintah Inggris Peringatkan Resiko Kekurangan Air pada 2040
Illustrasi penggunaan air keran yang bisa dijadikan air konsumsi (Foto : Google/com/airkerankonsumsi |
Inggris Akan Segera Cekal Huawei dari Jarigan 5G
Laporan disiapkan oleh National Cyber Security Centre GCHQ menyimpulkan bahwa sanksi yang dijatuhkan terhadap Huawei akan memaksa perusahaan itu untuk menggunakan teknologi yang tidak dipercaya. Para pejabat Inggris lantas menyusun jadwal pencopotan komponen Huawei yang sudah terpasang pada jaringan 5G.
Tesla dikabarkan Akan Bangun Pabrik di United Kingdom
Tampak parkiran mobil dengan gedung bertuliskan nama perusahaan otomotif dan penyimpanan energi, Tesla Inc (Foto : Onlinemarkeplaces.com) |
Kompleks 'Gravity' yang dikunjungi Elon Musk, CEO Tesla Inc (Foto : Elecktrek.co) |
Reporter dan Redaktur : Fiolita Dwina A
Ilmuan Inggris : Vaksin Virus Corona Lebih Efektif dalam Bentuk Semprotan Atau Inhaler
Illustrasi bentuk vaksin berupa semprotan atau inhaler (Foto : google.com/inhaler) |
Aubameyang dikabarkan akan Tinggalkan Arsenal pada Bursa Transfer Musim Panas
Tembus Angka 3 Juta Kasus, Ini Penyebabnya Amerika Menjadi Epicentrum Covid-19
Tembus Angka 3 Juta
Kasus, Ini Penyebabnya Amerika Menjadi Epicentrum Covid-19
Sabtu, 11 Juli 2020
Jakarta –
Amerika Serikat (AS) kini menjadi pusat dari pandemic COVID19. Angka positif di Negara tersebut tembus mencapai
3juta.
Kini,
Amerika telah menggeser Brazil menjadi
episentrum kasus Covid-19. Menurut data dari Worldmeter, telah dilaporkan sebanyak
3.291.786 kasus positif dinegara tersebut, dengan 136.671 kasus
kematian.(7/11/20).
Lantas, mengapa angka positif di Amerika begitu tinggi? Dilansir dari Warta Ekonomi, penyebab dari tingginya angka tersebut dikarenakan oleh :
1. New York Sebagai Pusat Penyebaran Covid-19
Sebagai salah satu kota terpadat di dunia, New York menjadi kota yang tegantung pada transportasi umum. Sehingga upaya penyebaran melalui physical distancing sangat sulit dilakukan. Warga yang setiap hari berjubal menyebabkan Covid-19 sangat mudah menyebar.
2. Terbatasnya Ventilator
Ventilator
merupakan alat yang sangat penting untuk menunjang pasien Covid-19 untuk
bernafas. Sayangnya, jumlah ventilator di America Serikat memiliki jumlah yang
terbatas. Sehingga menyebabkan satu ventilator bisasaja digunakan oleh 2
pasien.
3. Distribusi Alat Uji Lamban
Dilansir dari USA Today, sebuah rumah sakit di Florida menghentikan tempat pengujian live-trough karena kehabisan alat uji. Sehingga pengujian di Kota tersebut jadi tersendat. Begitu juga di beberapa kota lainnya.
4. Lockdown Masih Enggan
Untuk DilakukanMeskipun angka di Negara tersebut sangat tinggi, Pesiden Trump masih saja enggan untuk memberlakukan Lockdown.
Reporter
: Munzi Aulia Rahmah
Editor
: Handika Maulana Iqbal
Amerika Serikat Dinyatakan Melanggar Hukum Internasional Atas Pembunuhan Jenderal Iran
Amerika Serikat Dinyatakan Melanggar Hukum Internasional Atas Pembunuhan Jenderal Iran
Sabtu,
11 Juli 2020
Konvoi kendaraan yang membawa Jenderal Soleiman diserang oleh AS di dekat Bandara Internasional Baghdad pada Januari silam.
Jakarta
- Serangan pesawat nirawak Amerika Serikat menewaskan komandan pasukan elite Quds
di Garda Revolusi Iran Qasem Soleimani, pada tangggal 3 Januari silam atas
permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Hal
ini telah melanggar hukum internasional, kata pelapor khusus PBB. Trump
berdalih Soleimani bertanggung jawab atas kematian ratusan tentara AS dan
merencanakan serangan yang akan segera terjadi terhadap kepentingan negara itu.
Dalam
laporannya, pelapor khusus PBB Agnes Callamard, mengatakan bahwa AS tidak memberikan
cukup bukti tentang serangan tersebut. Laporan PBB ini dikeluarkan sepekan setelah
Iran mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Trump dan 35 orang lainnya
atas pembunuhan komandan pasukan elite Quds di Garda Revolusi Iran.
Serangan dengan pesawat tak
berawak itu merupakan "pembunuhan di luar putusan pengadilan"berdasarkan
hukum HAM internasional, menurut laporan PBB. Ditambahkan oleh Callamard, Iran
juga melanggar hukum karena melancarkan serangan rudal sebagai balasan.
Pemerintahan Trump menuding
Pasukan Quds adalah "mekanisme utama Iran untuk memanen dan
mendukung" kelompok-kelompok yang dikategorikan AS sebagai kelompok
teroris di Timur Tengah, termasuk Gerakan Hizbollah di Libanon dan Jihad Islam
di Palestina. Dukungan Pasukan Quds, menurut AS, diberikan dalam wujud
penyediaan dana, pelatihan, persenjataan, dan peralatan militer.
Reporter:Diva Noviana Pitasari
Redaktur: Handika Mulana Iqbal
Delegasi China Batal Kunjungi Petani AS, Gara-gara Donald
China Marah pada Australia Gara-Gara Isu Hong Kong
China dan Amerika Serikat Sedang Bernegoisasi Trilateral
Tanda Tanya Besar Menyelimuti Kematian 3 Pangeran Arab
Australia Kembali Lockdown Kota Melbourne Selama 6 Pekan
Australia Kembali Lockdown Kota Melbourne Selama 6 Pekan
Melansir CNN Indonesia, Selasa (7/7/2020) Perdana
Menteri Negara Bagian Victoria, Daniel Andrews mengumumkan perbatasan antara Victoria
dan New South Wales (NSW) yang merupakan dua negara bagian terpadat di Australia,
akan ditutup untuk pertama kalinya sejak pandemi melanda.
Victoria tengah berjuang
menahan gelombang kedua kasus virus corona yang menyebabkan kekhawatiran bahwa tingkat
infeksi akan meluas ke seluruh Australia. Personel militer dan polisi dikerahkan
untuk menjaga perbatasan dan memastikan warga tetap tinggal di rumah selama masa
isolasi.
Sejauh ini, virus
coroa telah menginfeksi 2.663 orang dan menewaskan 22 orang di Victoria. Di seluruh
Australia, lebih dari 8.500 orang terinfeksi dan 106 orang meninggal karena Covid-19.
Redaktur: Ahmad Jiddan Putra Wijanarko
Reporter: Heru Ardiansah
Australia Tambah Jatah Visa Kerja dan Wisata WNI 4 Kali Lipat
Australia Tambah Jatah Visa Kerja dan Wisata WNI 4 Kali Lipat
Kemendag menyatakan Australia menambah jatah kuota visa kerja dan wisata bagi WNI hingga 4 kali lipat setelah kesepakatan IA-CEPA. (Sumber gambar: CNN Indonesia)
JAKARTA - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan
Australia menaikkan kuota pengajuan kerja dan liburan
atau work and holiday visa (WVH) bagi WNI hingga 4 kali
lipat dari posisi sekarang.Kenaikan tertuang dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi
Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA).Agus menjelaskan selama ini kuota
visa kerja dan wisata bagi WNI hanya 1.000 per tahun. Dengan perjanjian
IA-CEPA, kuotanya naik menjadi 4.100 per tahun.
Melansir CNN Indonesia, Sabtu
(11/07/2020) Kuota 1.000 per
tahun ini habis dalam hitungan jam karena peminatnya sangat banyak. Oleh karena
itu kami tingkatkan menjadi 4.100 pada saat IA-CEPA berlaku," terang Agus
dalam video conference, Jumat (10/7). Selain jumlah kuota visa, Indonesia dan
Australia juga menyepakati tarif nol persen bagi barang yang diekspor ke Negeri
Kanguru tersebut. Hal ini akan meringankan beban pengusaha yang biasanya
mengekspor barang ke Australia.
Agus
menyatakan beberapa produk ekspor unggulan ke Australia, antara lain tekstil
dan produk tekstil, produk kayu dan turunannya termasuk furnitur, makanan dan
minuman olahan, produk kelautan dan perikanan, serta peralatan elektronik.Hal
yang sama juga diberikan untuk produk impor dari Australia.
Mereka
juga akan mendapatkan tarif bea masuk nol persen.Agus bilang produk-produk
Australia yang masuk dengan bebas tarif bisa menambah daya saing industri
nasional. Ini karena Indonesia kerap mengimpor bahan baku dari negara tetangga.
Sebagai
informasi, kerja sama perdagangan Indonesia dan Australia pada 2019 tercatat
sebesar US$7,8 miliar. Ekspor Indonesia tercatat sebesar US$2,3 miliar dan
impor sebesar US$5,5 miliar, sehingga Indonesia defisit US$3,2 miliar dari
Australia. Artinya, angka defisit perdagangan Indonesia
dan Australia menjadi hanya US$1,6 miliar.
Redaktur:
Ahmad Jiddan Putra Wijanarko
Reporter: Syamsul Bahri
Australia Membatasi Warga yang Pulang dari Luar Negeri
Australia Membatasi
Warga yang Pulang dari Luar Negeri
JAKARTA
- Pemerintah Australia akan membatasi jumlah warga negara mereka di luar negeri
yang berencana untuk pulang. Kebijakan tersebut diambil guna mencegah
penyebaran lebih lanjut Covid-19 di negara tersebut.
Melansir
Liputan6.com, Kamis (10/07/2020) Victoria menerapkan kembali penguncian di kota
terbesar kedua di negara itu, Melbourne, pada hari Kamis selama enam minggu
setelah lonjakan kasus terkait dengan pelanggaran sosial jarak jauh di
hotel-hotel di mana wisatawan kembali dikarantina.
Warga
yang diizinkan pulang akan menjalani proses karantina 14 hari di sebuah hotel
yang telah ditentukan pemerintah negara bagian masing-masing. Warga yang telah
kembali juga harus membayar untuk masa tinggal karantina mereka.
Pemerintah
Australia telah menerapkan lockdown untuk semua warga mereka menyusul penularan
yang terjadi di Melbourne. Kebijakan itu tak pelak menghambat aktivitas
pemulihan perekonomian di negara tersebut.
Melansir
Republika, Kamis (10/07/2020)
Pemerintah Australia sebelumnya melaporkan adanya lonjakan peningkatan kasus
harian pada Jumat lalu. Saat itu ada 288 kasus baru hingga mencetak rekor
keseluruhan total kasus infeksi menjadi 1.172 pasien.
Redaktur:
Ahmad Jiddan Putra Wijanarko
Reporter: Hendy Setiawan
Jumat, 10 Juli 2020
Australia Menutup Perbatasan Dua Kota Besarnya
Australia
Menutup Perbatasan Dua Kota Besarnya
Proses pengecekan diperbatasan Victoria dan Melbourne (Sumber gambar: katadata.co.id)
JAKARTA - Virus corona yang tidak kunjung usai
beberapa negara negara besar di dunia mulai membatasi kegiatan di kota besarnya.
Salah satunya Australia yang baru-baru ini menutup perbatasan dua kota
besarnya, yaitu Victoria dan Melbourne. Tutupnya perbatasan dua kota besar
terebut dikarenakan peningkatan penyebaran virus corona semakin melonjak.
Melansir Liputan6.com,
Kamis
(09/07/2020) Perdana Menteri Australia melakukan penutupan 2 kota besar di
Australia, yaitu Victoria dan Melbourne. Ini akan dilakukan selama 6 minggu
terkait peningkatan penyebaran virus corona.
Selain menutup perbatasan dua kota tersebut, kedua
kota tersebut juga dilockdown. Ini merupakan lockdown untuk kedua kalinya untuk
warga Australia, hal ini dikarenakannya kembalinya lonjakan pasien positif
corona. Contohnya Melbourne yang harus kembali melockdown daerahnya, Melbourne
harus dilockdown selama 6 pekan atau satu bulan dua minggu.
Melansir News.detik.com
Kamis
(09/07/2020) Sekitar lima juta orang
di Melbourne, Australia mulai menjalani masa lockdown untuk mengendalikan virus
Corona. Kebijakan lockdown ini diberlakukan kembali usai Melbourne harus berjibaku
dengan kemunculan kembali virus corona.
Redaktur:
Ahmad Jiddan Putra Wijanarko
Reporter: Ahmad Jiddan Putra Wijanarko
Kondisi New Normal di Australia
Kondisi New Normal di Australia
Sumber gambar:
CNBC Indonesia
Melansir REPUBLIKA.co.id,
Rabu (08/07/2020) 'New Normal' adalah sebuah keadaan dimana tiap-tiap individu
beradaptasi dengan kondisi sosial di saat aturan pembatasan sosial
diberlakukan. Di Australia, aktivitas
warga tidak langsung menjadi normal seperti sebelum pandemi virus corona, meski
pembatasan aktivitas warganya sudah dilonggarkan.
Pelonggaran dilakukan dengan cara bertahap dan
masing-masing negara bagian memiliki kebijakannya sendiri dalam menerapkannya. Dalam acara 'Ngobrol Bareng Soal Virus Corona Dari
Australia' yang disiarkan di Facebook ABC Indonesia, Sastra Wijaya mengatakan
sebenarnya tidak banyak perbedaan dari tiap-tiap negara bagian dalam
melonggarkan aktivitas warga.
Ia mengatakan Pemerintah Pusat Australia yang
bermarkas di ibukota Canberra telah menyerahkan ke tiap-tiap negara bagian
untuk melonggarkan aturan yang selama ini membatasi aktivitas warga, dengan
tujuan perekonomian bisa bangkit kembali.
"Namun semuanya masih berdasarkan pada social
distancing [menjaga jarak antara individu," ujar Sastra. Sastra memberikan contoh rumah tangga yang sudah bisa
menerima tamu atau restoran yang sudah boleh buka tetap harus membatasi jumlah
orang.
Hari Jumat (2/05), Perdana Menteri Australia,
Scott Morrison mengatakan pemerintahannya baru akan membuka sepenuhnya
pusat-pusat kegiatan, jika penularan virus corona di Australia sudah
benar-benar nol.
Saat ini ada kurang dari 500 kasus corona
positif di Australia dan dua orang yang berada di rumah sakit dengan bantuan
pernafasan atau ventilator. Pusat-pusat
perbelanjaan di Australia tidak sepenuhnya tutup beroperasi sejak awal pandemi,
karena ada beberapa toko yang tetap memberikan pelayanan yang termasuk dalam
kategori "esensial".
Namun setelah pembatasan aktivitas warga
dilonggarkan, diprediksi akan semakin banyak warga Australia yang
mengunjunginya untuk berbelanja.
"Pelonggaran
pusat-pusat perbelanjaan ini jangan disalahpahami, karena Australia sebenarnya sudah melalui sejumlah
tahapan sebelum diputuskan untuk dibuka kembali secara luas " ujar Farid
Ibrahim.
Farid menjelaskan tetap ada imbauan agar warga
yang datang ke pusat perbelanjaan tetap menjaga jarak aman yang dianjurkan,
selain dianjurkan "berbelanja dengan cepat" demi mencegah penularan
baru.
Redaktur: Ahmad Jiddan Putra Wijanarko
Reporter: Reza Ramadhan