Jakarta – Ojek
pangkalan di Stasiun Juanda tetap bertahan melalui cara tradisional ditengah
dominasi ojek online di tahun 2024.
Setiap kali kereta berhenti dan menurunkan suara penumpang di Stasiun
Juanda, teriakan orang mulai terdengar memanggil para penumpang.
Hal tersebut menjadi pemandangan yang tidak asing dan menjadi ciri khas
dari stasiun tersebut. Terutama pada saat jam sibuk seperti pukul 6 sampai 10 pagi yang dipenuhi pekerja kantor.
Suara tersebut ternyata datang dari ojek-ojek pangkalan yang mencari nafkah
disekitaran Stasiun Juanda.
Suara panggilan seperti “Ojek kak?” ataupun “Ojek aja kak lebih cepet!”
kerap meramaikan suasana di Stasiun Juanda dan beberapa bisa dianggap mengganggu oleh pengguna kereta.
Namun bagi para tukang ojek pangkalan, memanggil penumpang seperti itu
menjadi cara agar mereka mendapatkan penumpang.
Salah satunya Yanti yang merupakan seorang ibu sekaligus tukang ojek
pangkalan dan sudah 3 tahun mencari nafkah di depan Stasiun Juanda.
Yanti mengungkapkan keluh kesahnya hingga penghasilan perhari yang ia
dapatkan ketika menjadi ojek pangkalan di Stasiun Juanda
Namun, Yanti memiliki rumah yang lokasinya tidak terlalu jauh dari
Stasiun Juanda, sehingga ini akan memperkecil biaya pengeluarannya saat mencari
penumpang di sekitaran stasiun.
“Sehari ga tentu ya kadang bisa 85.000. Saya ngojek ga sampe sehari,
cuma sampe setengah 10 doang” ujar Yanti, ketika di diwawancarai di
Stasiun Juanda, hari Jumat (6/12/2024).
Namun, ojek pangkalan tampaknya bukan satu-satunya angkutan kendaraan
roda dua yang mencari nafkah di Stasiun Juanda.
Ojek online merupakan kompetitor terbesar mereka, terlebih di zaman
perkembangan teknologi seperti ini.
Ojek online memiliki keunggulan dalam menentukan tarif pengantaran, yang
telah ditentukan perusahaan berdasarkan jarak pengantaran.
Saat ini tukang ojek pangkalan menempati wilayah depan Stasiun Juanda
dalam mencari penumpang, sedangkan ojek online hanya bisa menunggu
penumpang di bagian stasiun yang lebih luar.
Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi bentrok antara ojek pangkalan
dengan ojek online dalam menjemput penumpang.
Tetapi, menurut Yanti ada atau tidaknya tukang ojek online tidak
memberikan hambatan bagi dirinya untuk mendapatkan penumpang. Karena
penumpang juga menggunakan jasa ojek sesuai dengan keinginannya masing-masing.
Menurutnya, ada penumpang yang lebih senang memesan
melalui aplikasi dan menunggu dijemput atau langsung memanggil ojek pangkalan yang sudah
siap di tempat.
“Kalau menurut saya sih ngga ya, kita sama-sama tukang ojek. Bedanya dia online saya manual” ujarnya,” ungkap Yanti.
Hiruk pikuk tukang ojek pangkalan di stasiun Juanda menjadi bagian
dari perjuangan bagi mereka dalam mencari rezeki untuk keluarga di rumah.
Pekerjaan mereka sebagai ojek pangkalan menjadi
cerminan cara kelompok masyarakat yang tetap bertahan di tengah perubahan zaman.
Penulis : Rahma Putri Lestari
Redaktur : Farrel Adhitya Hetharia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar