Kepolisian Greater Manchester, West Midlands, dan Metropolitan mencatat lonjakan signifikan dalam pelanggaran antisemitisme setelah pecahnya konflik di Timur Tengah pada Oktober tahun lalu. Misalnya, kepolisian Greater Manchester mencatat rata-rata 13 pelanggaran antisemitisme per bulan dari Januari hingga September 2023, melonjak menjadi 85 pada bulan Oktober dan 68 pada bulan November sebelum kembali menurun.
Pelanggaran Islamofobia juga mengalami peningkatan setelah serangan pisau di kelas tari bertema Taylor Swift di Southport pada bulan Juli yang mengakibatkan tiga gadis muda tewas. Rata-rata pelanggaran Islamofobia di Greater Manchester meningkat dari 39 per bulan menjadi 85 pada bulan Agustus.
Dave Rich, juru bicara dari lembaga amal Yahudi Community Security Trust (CST), mengatakan bahwa angka-angka tersebut konsisten dengan data yang mereka miliki. "Kenaikan ini semakin mengejutkan jika dibandingkan dengan ukuran komunitas Yahudi yang relatif kecil di beberapa tempat ini," ujarnya. "Kebencian anti-Yahudi semacam ini tidak dapat diterima oleh siapa pun," seperti di kutip dari The Guardian.
Iman Atta, direktur Tell Mama yang memantau kebencian anti-Muslim, menambahkan bahwa mereka tidak terkejut dengan temuan tersebut. "Kebencian anti-Muslim atau Islamofobia meningkat berulang kali ketika ada isu internasional dan ketika ada agitasi dari sayap kanan," katanya. "Namun, kami tidak melihat tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini."
Dalam laporan The Guardian, Diana Johnson selaku Menteri Kepolisian, mengatakan bahwa statistik tersebut "sangat mengkhawatirkan." Dia menegaskan, "Kami bertekad untuk memberantas kata-kata kebencian yang disebarkan oleh segelintir orang, dan pelaku kejahatan kebencian harus yakin bahwa mereka akan menghadapi seluruh kekuatan hukum,"
Penulis : Rizky Maulana
Redaktur : Ade Aprliandhika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar