Jakarta, 20 Desember 2024 - Menjelang perayaan Natal dan Tahun
Baru (Nataru) 2024-2025, harga telur di pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur,
mengalami lonjakan tajam.
Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan pedagang dan pembeli karena kenaikan harga telur yang signifikan mempengaruhi daya beli.
Terutama bagi masyarakat menengah ke
bawah, yang mengingat telur salah satu bahan pokok yang sangat
dibutuhkan untuk berbagai keperluan selama musim liburan.
Harga telur ayam yang sebelumnya berkisar
Rp. 24.000-Rp. 25.000 per kilogram kini melonjak drastis hingga tembus Rp.
31.000 per kilogram.
Pedagang telur memprediksi harga dapat
terus naik mendekati hari Natal dan Tahun Baru 2024-2025, jika permintaan tetap
tinggi. Kenaikan harga telur ayam terjadi hampir setiap hari, mulai dari Rp.
500 hingga Rp. 1000.
Seorang
pedagang Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, Muhammad Fahri mengatakan kenaikan
harga telur bertahap di sepekan terakhir dari bulan akhir November dan
diperkirakan harga telur ayam sendiri akan terus naik hingga awal tahun 2025.
Hargat telur naik karena banyak yang beli telur untuk perayaan Natal dan Tahun Baru, baik untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil yang membuat kue dan makanan khas liburan.
“Harga telur ayam naik drastis yang tadinya cuma Rp. 24.000 -Rp 25.000, sekarang Rp. 31.000, setiap hari naik Rp. 1000, permintaannya tinggi karena banyak orang belanja untuk tahun baru dan natal, sementara stok dari peternak terbatas, jadi harga tidak terkendali,"
"Saya
menyesuaikan harga, tapi pembeli banyak yang protes karena harga terlalu
mahal,” ujar Muhammad Fahri pedagang telur ayam di pasar Induk Kramat Jati,
Jakarta, (20/12/2024).
Lonjakan harga
ini memicu keluhan dari konsumen, terutama ibu rumah tangga dan kalangan
menengah ke bawah yang sangat bergantung pada telur untuk sumber protein utama.
“Biasanya saya belanja telur satu papan
untuk stok di rumah. Sekarang harganya naik, jadi terpaksa saya setengah papan
saja,” ujar Sari, seorang ibu rumah tangga yang berbelanja di Pasar Induk Kramat
Jati, Jakarta, (20/12/2024).
Namun, lonjakan harga telur tersebut
diperkirakan karena terbatasnya jumlah pasokan telur dari distributor,
terutama permintaan masyarakat atau pola konsumsi yang meningkat menjelang
perayaan Natal dan Tahun Baru 2024-2025.
Dengan kenaikan harga tersebut dapat
membuat penurunan konsumsi, dan hal ini sudah mulai dirasakan para pedagan
di Pasar Induk Kramat Jati.
Imbasnya para pedagang telur untuk mengantisipasi
agar tidak menelan kerugian, mereka melakukan pengurangan pada stok penjualan.
“Saya biasanya
stok telur 100 treay tapi saya kurangi 50% untuk juga jaga-jaga kerugian telur
50 treay,” tambah Fahri.
Namun,
pengurangan stok ini juga berisiko membuat pasokan di tingkat eceran semakin
terbatas, yang bisa membuat harga naik lebih tinggi lagi.
Pedagang
berharap pemerintah dapat segera melakukan langkah nyata, seperti operasi
pasar, untuk menstabilkan harga dan mendorong beli masyarakat.
Penulis : Kartika Sandhi
Redaktur : Farrel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar