(Doc
: Dwi Aryanti)
|
CYBER
UNAS, JAKARTA – Salah seorang atlet beladiri Shorinji
Kempo wanita, Dwi Aryanti (22), mengaku selalu siap dalam menghadapi setiap
kejuaraan yang telah digeluti sejak 2009 silam. Dengan menggunakan hijab, Dwi
mengaku tidak ada masalah dalam menjalani berbagai kegiatan seni beladiri
tersebut. Terbukti, Dwi tetap mengenakan hijab saat ditemui dalam sesi latihan
di GOR Ragunan, Minggu (3/6).
Kegiatan beladiri yang bermula sebagai hobi,
seolah kini menjadi faktor kesuksesan bagi Dwi. Dari beladiri, Dwi dapat
menginjak bangku kuliah dengan sedikit biaya yang dikeluarkan, hal tersebut
dikarenakan jumlah prestasi luar biasa yang telah diraihnya. “Kalau malas
latihan dan ga bersungguh-sungguh, terus mengharapkan sebuah kemenangan di
pertandingan itu sama aja haram”, ujar wanita kelahiran Tangerang, 2 Maret 1996
silam.
Atlet yang kini menempuh pendidikan di
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut, juga mengajar beladiri Shorinji
Kempo di kampusnya, dengan menjabat sebagai asisten pelatih. Dengan modal pangkat
Dan I Sabuk Hitam, tidak diragukan lagi kemampuan Dwi dalam melatih dan
menciptakan bibit atlet baru, meskipun dia mengenakan hijab. “Yah pokoknya
alhamdulillah gak ganggu walaupun aku berhijab, berhijab itu bukan halangan
untuk berprestasi”, tutur wanita yang berhijab sejak 2015 lalu.
(Doc : Dwi Aryanti)
Sekitar 13 prestasi
sudah dia raih mulai dari kejuaraan tingkat provinsi, hingga nasional. Beberapa
diantaranya yaitu Juara 1 Randori (Perkelahian Bebas) Putri Kejuaraan Nasional
(Kejurnas) Tangerang Open 2012, Juara 1 Randori Putri Piala Christina Cup 2013,
Juara 2 Embu Beregu Putri (Demonstrasi Jurus Beregu) Pra PON Bandung 2015,
Juara 1 Embu Beregu Putri PON Jawa Barat 2016, dan terakhir Juara 1 Randori
Putri UNJ OPEN 2017. Masih banyak prestasi dalam tingkat Provinsi yang tidak
dapat disebutkan.
Jiwa beladiri memang melekat pada dirinya.
Dalam kejuaraan antar Dojo (Istilah
‘Tim’ dalam beladiri Jepang) pada kategori randori, Dwi pernah tak terkalahkan selama
beberapa tahun dengan selalu menyabet
medali emas. Jumlah medali yang sudah terbilang banyak sekali, tidak membuat
dirinya bosan untuk terus berprestasi. “Aku sih tetep optimis ya walaupun
seorang atlit memiliki resiko, tapi menurut aku kerjaan
apapun pasti ada resiko juga”, jelas mahasiswi semester delapan tersebut.
Jurnalis: Angger Dwi Anggoro
Editing : Nadia Ananda Putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar